Oleh P. Fransiskus Ndoy SVD
Sari Firman, Minggu biasa ke VI. Tahun B/II. Mrk 1 : 40 – 45. Kisah si kusta dan kita.
Dalam masyarakat Yahudi dahulu, cerita tentang adanya orang kusta adalah cerita yang biasa. Pada jaman Yesus, ada banyak sekali orang kusta. Dari ribuan orang sakit yang disembuhkan Yesus, agaknya banyak sekali orang kusta yg disembuhkan. Injil hanya menulis dua kali Yesus menyembuhkan orang kusta. Dalam injil Lukas ada cerita 10 orang kusta yang sembuh dalam perjalanan. Yang satu kembali berterima kasih kepada Yesus sedangkan sembilan yg lain pergi terus dan tidak kembali.
Injil Markus hari ini menampilkan cerita lain tentang orang kusta. Biasanya kalau ada penyakit kulit, orang pergi menghadap imam. Pada jaman Yesus ada sekitar 2000 imam Yahudi yang tersebar di seluruh Israel. Imam memeriksa dengan cermat kulit orang yang mengidap sakit kulit. Kalau ternyata kusta, orang itu langsung disuruh tinggal di luar kota. Pakaian disobek. Menjauh dari masyarakat, keluarga, pekerjaan, ibadat bersama. Kalau bertemu orang, dari jauh dia harus berteriak: najis…najis. Mereka menghindar. Mereka hanya menunggu kematian.
Orang dalam injil hari ini juga, kurang lebih seperti itu. Dia mempunyai masalah hidup. Kusta. Markus menulis, si kusta datang kepada Yesus. Mustinya dia menjauh dari masyarajat. Dia datang. Tidak ada orang yang suruh. Yesus juga tidak panggil dia. Itu artinya, atas kemauan atau kesadaran sendiri karena dia sakit. Terutama karena dia tahu dan percaya, Yesus bisa menyembuhkan dia, membebaskan dia dari persoalannya. Dia sadar, masyarakat boleh menolak dia, tetapi Tuhan pasti tidak menolak dia.
Kita mempunyai banyak persoalan dalam kehidupan. Pernahkah kita juga, dengan kesadaran sendiri datang kepada Tuhan? Atau mencari orang yang bisa membantu? Ketika banyak orang menolak kita, apakah kita juga punya keyakinan: Tuhan tidak mungkin menolak saya?
Ketika tiba di depan Yesus orang kusta itu langsung berlutut, merendahkan diri. Tanda dia rendah hati.
Banyak kali, ketika kita punya masalah datang kepada sesama kita meminta bantuan, kita tidak rendah hati. Datang hanya untuk bela diri dan persalahkan orang lain. Kita mempunyai masalah tetapi kita sombong. Tidak rendah hati. Juga di depan Tuhan. Bagaimana kita bisa keluar dari persoalan kita?
Orang kusta itu tidak meminta apalagi untuk memaksa Yesus membersihkan dia. ” Kalau Engkau mau, engkau bisa mentahirkan saya”. Artinya membersihkan. “Membersihkan saya”. Artinya, baik kulit maupun jiwa saya. Karena itulah, hati Yesus tergerak.
Kita, kalau ada persoalan, sering kita datang dan memaksa Tuhan. Padahal dalam doa Bapa Kami, kita mengucapkan, jadilah kehendakmu. Dalam doa, sering kita tampil sebagai yang berkuasa, dan Tuhan mengikuti permohonan kita. Bagaimana hati Tuhan akan tergerak?
Meski ada aturan orang kusta tidak boleh disentuh, tetapi Yesus menjamah orang kusta itu. Tidak ada aturan dan batas bagi Tuhan kalau mau menyelamatkan manusia. Tidak benar kalau kita pakai aturan manusiawi kita untuk Tuhan. Kita lain, Tuhan itu lain.
Kata2 Yesus yang penuh kuasa muncul lagi disini. Dengan kata2 Yesus sudah mengusir setan. Dan disini dengan kata2 Yesus juga membersihkan orang itu.” Aku mau, jadilah engkau bersih”. Orang itu bersih. Kustanya hilang. Pasti orang itu sangat gembira. Yesus berpesan, tidak perlu menceritakan kepada orang kalau kustamu sudah hilang. Cukup pergi kepada imam.
Mengapa Yesus melarang? Agar orang tidak salah mengerti. Yesus terutama datang untuk menyelamatkan jiwa bukan terutama tubuh. Ada orang bercerita terus menerus bahwa karena doanya dia sembuh dari sakitnya secara ajaib. Boleh2 saja cerita begitu tapi tidak ada gunanya kalau kesembuhan ajaib itu tidak sampai berpengaruh pada cara hidup. Tidak sampai pada perubahan cara hidup atau pertobatan.
Orang kusta itu harus pergi bertemu imam. Imamlah yang memutuskan dia kusta dan keluar dari kota. Maka imam pula yang menentukan dia boleh kembali ke tengah masyarakat, ke tengah kota.
Yang menarik dari injil hari ini. Injil dimulai dengan kisah si kusta tinggal di luar kota karena penyakitnya. Dan injil ini ditutup dengan cerita dia kembali ke tengah kota karena sembuh dari kusta. Suatu cerita yang indah. Hidup kita juga akan menjadi cerita yang indah, kalau kita datang kepada Tuhan. Datang kepada Tuhan dengan rendah hati.
Selamat berhari Minggu (pfn)