Menangis kasih

Kalender Liturgi 21 Nov 2024

Kamis Pekan Biasa XXXIII

PW S. Maria Dipersembahkan kepada Allah

Warna Liturgi: Putih

Bacaan I: Why 5:1-10

Mazmur Tanggapan: Mzm 149:1-2.3-4.5-6a.9b

Bait Pengantar Injil: Mzm 95:8ab

Bacaan Injil: Luk 19:41-44

 

Bacaan I

Why 5:1-10

Anak Domba telah disembelih

dan dengan darah-Nya telah menebus kita dari segala bangsa.

 

Bacaan dari Kitab Wahyu:

 

Aku, Yohanes, melihat seorang yang duduk di atas takhta di surga;

dengan tangan kanan Dia memegang sebuah gulungan kitab.

Kitab itu ditulisi sebelah dalam dan sebelah luarnya

dan dimeterai dengan tujuh meterai.

Dan aku melihat seorang malaikat yang gagah,

yang berseru dengan suara nyaring, katanya,

“Siapakah yang layak membuka gulungan kitab itu

dan membuka meterai-meterainya?”

Tetapi tak ada seorang pun yang di surga atau di bumi atau yang di bawah bumi

yang dapat membuka gulungan kitab itu

atau melihat sebelah dalamnya.

Maka menangislah aku dengan amat sedihnya,

karena tidak seorang pun dianggap layak

untuk membuka gulungan kitab itu

ataupun melihat sebelah dalamnya.

 

Lalu berkatalah seorang dari tua-tua itu kepadaku,

“Jangan menangis!

Sesungguhnya singa dari suku Yehuda, yaitu tunas Daud,

telah menang.

Dialah yang dapat membuka gulungan kitab itu

dan membuka ketujuh meterainya.”

 

Maka aku melihat

seekor Anak Domba berdiri di tengah-tengah takhta

dan di tengah-tengah keempat makhluk serta orang tua-tua itu.

Anak Domba itu kelihatan seperti telah disembelih.

Ia bertanduk tujuh dan bermata tujuh.

Itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke seluruh bumi.

Lalu datanglah Anak Domba itu

dan menerima gulungan kitab itu dari tangan Dia

yang duduk di atas takhta itu.

Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu,

tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh empat orang tua-tua

di hadapan Anak Domba.

Mereka masing-masing memegang sebuah kecapi,

dan sebuah cawan emas penuh dengan kemenyan.

Itulah doa orang-orang kudus.

Dan mereka menyanyikan suatu lagu baru katanya,

“Layaklah Engkau menerima gulungan kitab

dan membuka ketujuh meterainya.

Sebab Engkau telah disembelih,

dan dengan darah-Mu Engkau telah membeli mereka bagi Allah

dari setiap suku, bahasa, kaum dan bangsa.

Engkau telah membuat mereka menjadi suatu kerajaan,

dan menjadi imam-imam bagi Allah kita,

dan mereka sebagai raja akan memerintah di bumi.”

 

Demikianlah sabda Tuhan.

 

 

Mazmur Tanggapan

Mzm 149:1-2.3-4.5-6a.9b

R:Why 5:10

Tuhan, Engkau telah membuat kami menjadi raja dan imam.

 

*Nyanyikanlah bagi Tuhan lagu yagn baru!

Pujilah Dia dalam jemaah orang-orang saleh!

Biarlah Israel bersukacita atas Penciptanya,

biarlah Sion bersorak-sorak atas raja mereka!

 

*Biarlah mereka memuji-muji nama-Nya dengan tarian,

biarlah mereka bermazmur kepada-Nya

dengan rebana dan kecapi!

Sebab Tuhan berkenan kepada umat-Nya,

Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan keselamatan.

 

*Biarlah orang-orang saleh beria-ria dalam kemuliaan,

biarlah mereka bersorak-sorai di atas tempat tidur!

Biarlah pujian pengagungan Allah

ada dalam kerongkongan mereka;

itulah semarak bagi orang yang dikasihi Allah.

 

 

Bait Pengantar Injil

Mzm 95:8ab

Hari ini janganlah bertegar hati,,

tetapi dengarkanlah suata Tuhan.

 

 

Bacaan Injil

Luk 19:41-44

Andaikan engkau tahu apa yang perlu untuk damai sejahteramu!

 

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

 

Pada waktu itu,

ketika Yesus mendekati Yerusalem dan melihat kota itu,

Ia menangisinya, kata-Nya,

“Wahai Yerusalem, alangkah baiknya

andaikan pada hari ini juga engkau mengerti

apa yang perlu untuk damai sejahteramu!

Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu.

 

Sebab akan datang harinya,

musuhmu mengelilingi engkau dengan kubu,

lalu mengepung dan menghimpit engkau dari segala jurusan.

Dan mereka akan membinasakan dikau beserta semua pendudukmu.

Tembokmu akan dirobohkan

dan tiada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain.

Sebab engkau tidak mengetahui saat Allah melawati engkau.”

 

Demikanlah sabda Tuhan.

 

Renungan:

 

Seorang dosen yang sekaligus pastor mengajar di sebuah sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi terkenal sebagai seorang periang dan jarang kelihatan sedih. Suatu hari bersama beberapa frater mereka membesuk ayahnya yang lagi dirawat di sebuah rumah sakit. Keriangannya tiba tiba menghilang dan wajah’ terlihat sangat sedih ketika melihat ayahnya terbaring lemah di atas sebuah tempat tidur. Tidak hanya sedih tetapi bahkan dia menangis yang membuat para frater tertegun. Salah seorang menyeletuk: kog pastor bisa menangis? Salah seorang temannya langsung menjawab temannya bahwa Yesus saja menangis apalagi kita manusia berdosa. Dalam Kitab Injil tercatat Yesus menangis hanya dua kali, yakni ketika Lazarus yang dikasihi-Nya meninggal dan Yesus tidak sanggup melihat airmata kesedihan Maria dan Martha serta semua orang yang mengasihi Lazarus. Dalam perikop hari ini, Yesus menangisi kota suci Yerusalem. Mengapa Yesus menangisi kota suci itu? Pertama, kota yang dibangun di atas puncak bukit yang penuh dengan benteng pertahanan yang kuat seharusnya memberikan rasa aman dan damai kepada para penduduknya ternyata menjadi kota yang penuh dengan kejahatan yang terselubung dalam diri para pemimpin Yahudi. Tidak ada kedamaian di sana dan terbukti sampai saat ini terus terjadi peperangan atau perselisihan antara orang Israel dan Palestina.

Kedua, Yesus menangis karena nasib yang menimpa penduduknya dan masa depannya yang akan hancur oleh karena keserakahan manusia. Tahun 70 Masehi terjadi perang sehingga banyak orang Israel yang melarikan diri ke Eropa dan benua lainnya untuk mendapatkan rasa aman hingga tahun 1947 mereka medirikan kembali negara itu namun sampai saat ini terus terjadi pergolakan.

Ketiga, Yesus menangis karena Dia sangat mencintai umatNya terutama bangsaNya sendiri yang keras hati, tegar tekuk dan bandel terhadap tawaran keselamatan yang diwartakanNya. Seharusnya mereka sebagai bangsa terpilih yang menjadi prioritas untuk memperoleh keselamatan ternyata mereka menolaknya.

Apakah tangisan Yesus juga ditujukan kepada kita baik secara pribadi, komunitas maupun bangsa? “Wahai Yerusalem (anak anakKu), alangkah baiknya andaikan pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu!” Apakah kita sudah mengalami damai itu dalam diri, lingkungan dan negara kita? Ataukah hanya di mulut? Apakah kita menjadi “duta damai” dalam hidup kita, di dalam keluarga, lingkungan, tempat kerja atau di mana saja kita berada? Semoga Yesus tidak menangisi tindakan dan perbuatan kita yang bertentangan dengan damai sejahtera. Tuhan memberkati. Amin

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *