Penyempurnaan Lex Talionis

Kalender Liturgi 17 Jun 2024

Senin Pekan Biasa XI

Warna Liturgi: Hijau

Bacaan I: 1Raj 21:1-16

Mazmur Tanggapan: Mzm 5:2-3.5-6.7

Bait Pengantar Injil: Mzm 119:105

Bacaan Injil: Mat 5:38-42

 

Bacaan I

1Raj 21:1-16

Nabot dilempari batu sampai mati.

 

Bacaan dari Kitab Pertama Raja-Raja:

 

Nabot, orang Yizreel, mempunyai kebun anggur di Yizreel, di samping istana Ahab, raja Samaria. Berkatalah Ahab kepada Nabot, “Berikanlah kepadaku kebun anggurmu itu, supaya kujadikan kebun sayur sebab letaknya dekat rumahku. Sebagai gantinya akan kuberikan kebun anggur yang lebih baik, atau jika engkau lebih suka, akan kubayar harga kebun itu dengan uang.” Jawab Nabot kepada Ahab, “Semoga Tuhan mencegah aku memberikan milik pusaka leluhurku kepadamu.” Lalu masuklah Ahab ke dalam istananya dengan kesal hati. Ia gusar karena perkataan Nabot, orang Yizreel itu, “Aku tidak akan memberikan milik pusaka leluhurku kepadamu.” Maka berbaringlah raja di tempat tidurnya dan menelungkupkan mukanya; ia tidak mau makan. Lalu datanglah Izebel, isterinya, dan berkata kepadanya, “Apa sebabnya hatimu kesal, sehingga engkau tidak makan?” Lalu jawab Ahab kepadanya, “Sebab aku telah berkata kepada Nabot, orang Yizreel itu, ‘Berikanlah kepadaku kebun anggurmu dengan bayaran uang atau jika engkau lebih suka, aku akan memberikan kepadamu kebun anggur sebagai gantinya.’ Tetapi sahutnya, ‘Tidak akan kuberikan kepadamu kebun anggurku itu.” Kata Izebel, isterinya, kepadanya, “Bukankah engkau yang menjadi raja atas Israel? Bangunlah, makanlah, dan biarlah hatimu gembira! Aku akan memberikan kepadamu kebun anggur Nabot, orang Yizreel itu.” Izebel lalu menulis surat atas nama Ahab, memeteraikannya dengan meterai raja, lalu mengirim surat itu kepada tua-tua dan pemuka-pemuka yang diam sekota dengan Nabot. Dalam surat itu ditulisnya demikian, “Maklumkanlah puasa dan suruhlah Nabot duduk paling depan di antara rakyat. Suruh jugalah dua orang dursila duduk menghadapinya, dan mereka harus naik saksi terhadap dia, dengan mengatakan, ‘Engkau telah mengutuk Allah dan raja. Sesudah itu bawalah dia ke luar dan lemparilah dia dengan batu sampai mati.” Para tua-tua dan pemuka yang tinggal sekota dengan Nabot melakukan seperti yang diperintahkan Izebel kepada mereka. Mereka memaklumkan puasa dan menyuruh Nabot duduk paling depan di antara rakyat. Kemudian datanglah dua orang, yakni orang-orang dursila itu, lalu duduk menghadapi Nabot. Orang-orang dursila itu naik saksi terhadap Nabot di depan rakyat, katanya, “Nabot telah mengutuk Allah dan raja.” Sesudah itu mereka membawa Nabot ke luar kota, lalu melempari dia dengan batu sampai mati. Kemudian mereka menyuruh orang kepada Izebel, “Nabot sudah dilempari sampai mati.” Segera sesudah mendengar, bahwa Nabot sudah dilempari sampai mati, berkatalah Izebel kepada Ahab, “Bangunlah, ambillah kebun anggur Nabot, orang Yizreel itu, menjadi milikmu, karena Nabot yang menolak memberikannya kepadamu dengan bayaran uang, sudah tidak hidup lagi; ia sudah mati.”bKetika Ahab mendengar, bahwa Nabot sudah mati, ia segera bangun dan pergi ke kebun anggur Nabot, orang Yizreel itu, untuk mengambil kebun itu menjadi miliknya.

Demikanlah sabda Tuhan.

 

Mazmur Tanggapan

Mzm 5:2-3.5-6.7

R:2b

Indahkanlah keluh kesahku, ya Tuha.

 

*Berilah telinga kepada perkataanku, ya Tuhan, indahkanlah keluh kesahku. Perhatikanlah teriakku minta tolong, ya Rajaku dan Allahku, sebab kepada-Mulah aku berdoa.

*Engkau bukanlah Allah yang berkenan akan kefasikan; orang jahat takkan menumpang pada-Mu.nPembual tidak akan tahan di depan mata-Mu; Engkau benci terhadap semua orang yang melakukan kejahatan.

*Engkau membinasakan orang-orang yang berkata bohong, Tuhan jijik melihat penumpah darah dan penipu.

 

Bait Pengantar Injil

Mzm 119:105

Sabda-Mu adalah pelita bagi kakiku, dan cahaya bagi jalanku.

 

Bacaan Injil

Mat 5:38-42

Janganlah melawan orang yang berbuat jahat kepadamu.

 

Inilah Injil Suci menurut Matius:

 

Dalam khotbah di bukit, Yesus berkata, “Kalian mendengar, bahwa dahulu disabdakan, ‘Mata ganti mata; gigi ganti gigi.’ Tetapi Aku berkata kepadamu, ‘Janganlah kalian melawan orang yang berbuat jahat kepadamu. Sebaliknya, bila orang menampar pipi kananmu, berilah pipi kirimu.bBila orang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Bila engkau dipaksa mengantarkan seseorang berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. Berikanlah kepada orang apa yang dimintanya, dan jangan menolak orang yang mau meminjam sesuatu dari padamu.”

 

Demikianlah sabda Tuhan.

 

Renungan:

 

Pada zaman Perjanjian Lama di Israel sangat terkenal dengan hukum keadilan sebanding atau dalam istilah bahasa latin lex Talionis. Lex Talionis adalah istilah Latin yang mengacu pada hukum retribusi, di mana hukuman dijatuhkan sesuai sifat dan tingkat keparahan pelanggaran. ”Lex” mengacu pada seperangkat aturan atau regulasi. Lex Talionis terkenal dengan nama mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Prinsip ini diterapkan untuk mengurangi atau mencegah aksi balas dendam pribadi yang sering kali tidak sebanding dengan kejahatan yang sudah dilakukan. Kedua organ tubuh yang disebutkan, terutama mata, adalah organ yang sensitif. Sehingga kita bisa membayangkan kalau sampai hilang atau rusak, maka akan sangat terasa kerugiannya. Hal itu tentu mendorong orang untuk membalas jauh lebih daripada luka yang dia rasakan. Maka, prinsip lex talionis diberikan untuk menyamaratakan hukuman, agar sesuai dengan kejahatan yang dilakukan. Dengan kata lain, menurut ajaran ini, keadilan adalah saat hukuman sesuai dengan pelanggaran.

Hukum Lex Talionis pada waktu itu merupakan hukum yang terbaik karena saat itu hukum homo komunis lupus masih ada. Manusia adalah serigala bagi yang lain. Lex Talionis untuk menghindari hukum Homo hominis lupus. Lex Talionis dibutuhkan untuk dapat membatasi tindakan balas dendam yang berlebihan yang dapat merugikan orang lain yang tidak bersalah, atau bahkan menimbulkan peperangan antar suku, mengingat bangsa Israel pada waktu itu ada 12 suku di Israel.

Tuhan Yesus dalam kotbahNya di bukit sudah mengatakan bahwa Dia datang bukan untuk meniadakan Hukum Taurat melainkan untuk menyempurnakanNya. Yesus secara radikal menyempurnakan dengan hukum baru yaitu Hukum Cinta Kasih dengan pendasaran “Deus est caritas (Allah adalah Kasih).”

Mencintai orang yang kita cintai itu biasa. Namun, tetap mencintai orang yang membenci kita itu yang ‘luar biasa’. Membalas dendam kepada orang yang membenci kita itu perbuatan manusiawi. Namun, mencintai dan mendoakan musuh musuh kita merupakan perbuatan ilahi.

Yesus mengajak kita menjadi orang yang luar biasa, bukan biasa-biasa saja; bukan manusia normal-normal saja; melainkan “Ilahi”. Ia meminta kita menjadi manusia sempurna sebagaimana Bapa di surga sempurna adanya.

Ajaran Yesus ini bagi manusia duniawi dianggap sebagai kegilaan atau tidak masuk akal sebab insting atau keinginan untuk membalas dendam pada manusia sangat tinggi. Yang lebih mengerikan bahwa sudah tidak membalas kejahatan malah berbuat lebih.

Ada empat contoh yang diberikan Tuhan Yesus sehubungan dengan hukum cinta:

Pertama adalah tamparan di pipi. Menampar di pipi adalah sebuah penghinaan yang serius. Hukum kuno yang beredar pada jaman itu yaitu kode Hammurabi misalnya, menuliskan bahwa hukuman untuk tamparan pipi bisa dari bayar denda (penalti finansial) sampai memotong telinga si pelanggar (penalti fisik). Menampar pipi kanan adalah pelanggaran yang lebih serius karena itu artinya menampar dengan punggung tangan kita (dengan asumsi si pelanggar bukan orang kidal, seperti pada umumnya banyak orang). Ini tindakan yang sangat memalukan. Sakit yang diderita lebih bersifat emosional, ini bersangkutan dengan martabat atau nilai diri seseorang yang dilanggar. “Berikan juga pipi kirimu” artinya tidak usah menuntut denda, jangan terpancing dengan tantangan dia, jangan kamu menjadi seperti dia. Tamparan di pipi kiri lebih tidak serius dibandingkan di pipi kanan.

Kedua adalah mengenai baju. Ini bukan skenario perampokan, tetapi skenario pengadilan karena ada kalimat “mengadukan engkau”. Jadi lewat jalur hukum, orang ini melapor ke pengadilan untuk meminta baju. Kehilangan baju sudah cukup parah, apalagi sampai memberikan jubah. Jubah adalah tipe pakaian yang lebih besar, lebih berat, dan lebih mahal. Hukum Taurat di Keluaran 22:25-27 menuliskan bahwa jubah seseorang itu tidak boleh diambil. Jubah itu dianggap hak paling mendasar, karena fungsinya tidak hanya untuk menutupi kulit tetapi juga dipakai untuk selimut tidur. Dengan kata lain, secara legal, jubah tidak bisa diminta. Tetapi murid Yesus dengan sukarela harus siap menyerahkannya. Hasilnya dia akan telanjang dan kedinginan.

Ketiga adalah mengenai kerja paksa. Kita tahu pada jaman Yesus, orang Israel dijajah oleh kerajaan Romawi. Tentara Romawi memiliki hak untuk mendaftarkan orang Israel menjadi tenaga kerja. Tugas mereka biasanya membawa barang-barang berat milik tentara itu untuk segala keperluan mereka, baik militer maupun non-militer. Nah tentu aturan seperti ini dibenci oleh penduduk Israel. Tetapi murid Yesus diminta tidak hanya menerima untuk berjalan satu mil, tetapi dengan sukarela berjalan satu mil lagi. Dan ini berjalan bersama dia, yang adalah nota bene seorang musuh. Dengan kata lain, murid Yesus melakukan sesuatu lebih dari yang diharuskan.

Keempat adalah mengenai pemberian. Agama Yahudi mengajarkan untuk memberi sedekah kepada pengemis. Aksi ini adalah tindakan moral, bukan sebuah kewajiban. Beberapa rabi Yahudi juga menentang keras peminjaman dengan bunga yang tinggi. Namun yang terjadi di lapangan berbeda, dan banyak orang harus kehilangan tanah mereka karena tidak mampu membayar hutang. Rabi-rabi Yahudi juga memberikan batasan untuk pemberian amal, yaitu sekitar 20 persen setelah pemasukan perpuluhan, supaya orang tidak jatuh miskin. Di tengah iklim yang seperti ini, Yesus memberi gambaran yang radikal. Dia tidak membatasi pemberian yang diberikan. Dia juga tidak membatasi kondisi penerimanya. Murid Yesus harus siap memberi kepada siapapun yang meminta, layak maupun tidak layak. Jangan menolak pinjaman berarti tidak ada kepastian ato garansi uang kita akan kembali.

Itulah syarat menjadi murid Yesus. Kalau kita benar benar mencintaiNya maka hidupkanlah seturut hukum cinta kasih dalam seluruh aktivitas kita dan berpedomanlah pada “Deus est caritas.” Tuhan memberkati. Amin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *